Semula bentuk manusia tidak seperti sekarang ini,
tetapi memiliki punggung yang berbuku-buku seperti duri biawak. Sehingga
manusia jaman dulu tidak bisa membawa keranjang di punggung karena duri yang
ada di belakang punggungnya. Dulu pula, atung
(keranjang) bisa berjalan sendiri. Sementara padi, bijinya besar-besar
seperti buah asam bawang. Jika ingin makan, manusia akan memungut padi,
kemudian menetak (memukul pelan sampai pecah) dan memasukkannya ke dalam atung. Sekali menetak biasanya cukup
untuk 2 sampai 3 hari.
Suatu hari ada seorang cucu yang bertanya kepada
neneknya, berapa canting yang ia harus masak pada hari itu. Tanpa disadari, ada
binatang kuwai (sejenis kadal) yang
menjawab pertanyaan si cucu. Kuwai menjawab
“1 canting - 2 canting sudah cukup”. Seketika, beras ketika ditetak bukan jadi
beras, tetapi jadi padi. Kemudian padi itu ditumbuk, ditampi, baru di masak.
Seketika itu pula duri di belakang punggung manusia hilang dan manusia menjadi
berbentuk seperti sekarang. Sementara kuwai itulah yang kini memiliki leher
berbuku-buku. (Kumang, 10 Mei 2011)
***
katanya, kulit beras (sekam) yang ukurannya sangat besar ada di Dusun Sarek,
yaitu di hulu Sungai Kerumai. Sekarang kulit beras itu dikeramatkan dan sudah
menjadi batu.
(1) ASAL USUL SUNGAI ROSAN
(1) ASAL USUL SUNGAI ROSAN
Ada seorang Kakek yang bernama Akek
Panau sedang membuat bubu untuk
menangkap ikan. Ketika sedang membuat bubu
tiba-tiba Akek Panau dikejar oleh seekor hewan penyengat yang berukuran sebesar
ayam jantan. Karena takut, Akek Panau berlari, sedangkan si penyengat terus
mengejar. Akek Panau mencabut kayu rosan dan dibawa lari. Ketika sudah dicabut,
bekas kayu rosan ini berbelok-belok mengikuti kemana Akek Panau pergi dan
menjadi sungai Rosan.(Dio Sarman 20 Mei 2011)
No comments:
Post a Comment