Di suatu desa,
terdapat sepasang suami istri, keduanya adalah seorang dukun yang paling ampuh
(sidi). Suaminya bernama Kakek Aji
Mayoti, dan istrnya bernama Nenek Singa Mentawai. Mereka berdua memiliki tujuh
orang anak. Jika seseorang menyuruh suami mengobati orang sakit, si istri akan
menemaninya (sebagai pebayu), begitu
juga sebaliknya. Ketika pulang dari mengobati orang, mereka akan membawakan
lauk-pauk dan makanan berupa pulut, babi,
ayam, dan lain-lain untuk anak-anaknya yang menunggu di rumah. Anak-anaknya
selalu senang, setiap hari selalu memperoleh makanan tanpa terputus. Pada suatu
ketika, mereka berdua pulang dari mengobati orang tanpa diantar oleh orang yang
menjemputnya. Setelah sekian lama berjalan, mereka tidak bertemu rumah dan
tersesat di dalam hutan.
Di sisi lain, 7
orang anak Aji Menyoti dan Singa Mentawai bingung dan mencari orang tuanya yang
sudah bermingggu-minggu tidak pulang. Kakak tertua di antara mereka, mengajak
adik-adiknya untuk berburu dengan membawa anjing. Setelah siap bekal, merekapun
berangkat.
Sampai di hutan,
anjing menggonggong, dan abang tertua lari ke arah gonggongan anjing karena
mengira anjing dapat binatang buruan. Tetapi ketika abang tertua itu melihat yang
digonggongi anjing itu buah kayu, maka abang tertua membuangnya.
Hari berikutnya,
mereka ingin berburu lagi. setelah siap bekal berangkatlah mereka. Sampai di
hutan, anjing menggonggong lagi. Kali ini abang kedua yang mengikuti arah
gonggongan anjing. Ternyata yang digonggongi si anjing adalah buah kayu, dan
abang kedua membuangnya. Peristiwa ini terjadi sampai hari ke enam, dan sampai
saudara ke enam yang menemukan anjing menggonggongi buah kayu dan membuangnya.
Pada hari ke
tujuh, mereka ingin melanjutkan perburuan. Sama seperti hari-hari sebelumnya
mereka berangkat setelah perbekalan dirasa siap. Anjing kembali menggonggong,
dan kali ini adik bungsunya yang mencari apa yang digonggongi si anjing. Ia
menemukan buah kayu. Berbeda dengan abang-abangnya, adik bungsu ini mengambil
buah kayu itu. Ke enam abangnya menghampiri si bungsu dan bertanya untuk apa ia
mngambil buah kayu itu. Adik bungsunya menjawab hanya untuk mainan. Ia membawa
pulang buah kayu itu dan menyimpannya di bawah tangga rumahnya.
Keesokan
harinya, tumbuh kayu yang bercabang dua di depan rumahnya. Setelah anak-anak
ini seharian kebingungan, malamnya si bungsu memimpikan mamak dan bapaknya.
Orang tua yang sudah lama dinantikannya itu menjelaskan bahwa kayu itu adalah
wujud mamak dan bapaknya yang selama ini menghilang. “inilah kayu belian”, kata
bapak dan mamak si bungsu itu. Cabang yang menghadap ke arah matahari terbit
dapat digunakan untuk membuat rumah, dan yang menghadap ke arah matahari
terbenam digunakan untuk minsan orang
mati. Dalam mimpi itu, bapak dan mamak anak bungu itu minta untuk kayu terus
dipiara dan jangan ditebang sampai besar.
Setelah sekian
lama, kayu belian itupun besar. Maka ketujuh saudara itu mulai menebang kayu
untuk membuat rumah. Mulai dari tiang, tangga, lantai, sampai atap cukup hanya
dengan satu batang kayu belian itu.
Rumah dari
belian pun jadi. tetapi masalah lain pun muncul. Penghuni rumah itu sakit
bergantian dari abang pertama, kedua, dan seterusnya tidak pernah putus sakit.
Mereka pun mengeluh, dulu ketika rumah mereka masih terbuat dari bambu dan atap
rumbia, tidak pernah mereka sakit. Sekarang ketika rumah sudah bagus dari kayu
belian semua, mereka justru tidak pernah sembuh dari sakit.
Salah satu dari
mereka mimpi. Bahwa ketika mereka membuat rumah tidak ada syarat potong babi,
ayam, tuak, dan sebagainya (Pak Ecak) tidak berani menceritakan syarat-syarat
karena barangnya tidak ada), barulah mereka sembuh. Sejak saat itu jika di
jemput, dukun harus diantarkan pulang. (Silvanus Ecak, 9 Mei 2011)
***jika akan
membuat rumah, pemilik rumah harus membuat patung dari kayu yang disebut Akek Riamelana dan mengikatnya di tiang
utama di bagian bawah rumah. Orang Batu Laut dikatakan masih menggunakan adat
ini. Sementara rumah yang seluruhnya terbuat dari kayu belian dan penghuninya
terkena musibah pernah terjadi di Sengkuang Dauk.
No comments:
Post a Comment