Cerpen DEMAMANG TAS (asal-usul kayu belian)

DEMAMANG TAS (asal-usul kayu belian)
Di suatu desa, terdapat sepasang suami istri, keduanya adalah seorang dukun yang paling ampuh (sidi). Suaminya bernama Kakek Aji Mayoti, dan istrnya bernama Nenek Singa Mentawai. Mereka berdua memiliki tujuh orang anak. Jika seseorang menyuruh suami mengobati orang sakit, si istri akan menemaninya (sebagai pebayu), begitu juga sebaliknya. Ketika pulang dari mengobati orang, mereka akan membawakan lauk-pauk dan makanan berupa pulut, babi, ayam, dan lain-lain untuk anak-anaknya yang menunggu di rumah. Anak-anaknya selalu senang, setiap hari selalu memperoleh makanan tanpa terputus. Pada suatu ketika, mereka berdua pulang dari mengobati orang tanpa diantar oleh orang yang menjemputnya. Setelah sekian lama berjalan, mereka tidak bertemu rumah dan tersesat di dalam hutan.

Di sisi lain, 7 orang anak Aji Menyoti dan Singa Mentawai bingung dan mencari orang tuanya yang sudah bermingggu-minggu tidak pulang. Kakak tertua di antara mereka, mengajak adik-adiknya untuk berburu dengan membawa anjing. Setelah siap bekal, merekapun berangkat.

Sampai di hutan, anjing menggonggong, dan abang tertua lari ke arah gonggongan anjing karena mengira anjing dapat binatang buruan. Tetapi ketika abang tertua itu melihat yang digonggongi anjing itu buah kayu, maka abang tertua membuangnya.

Hari berikutnya, mereka ingin berburu lagi. setelah siap bekal berangkatlah mereka. Sampai di hutan, anjing menggonggong lagi. Kali ini abang kedua yang mengikuti arah gonggongan anjing. Ternyata yang digonggongi si anjing adalah buah kayu, dan abang kedua membuangnya. Peristiwa ini terjadi sampai hari ke enam, dan sampai saudara ke enam yang menemukan anjing menggonggongi buah kayu dan membuangnya.

Pada hari ke tujuh, mereka ingin melanjutkan perburuan. Sama seperti hari-hari sebelumnya mereka berangkat setelah perbekalan dirasa siap. Anjing kembali menggonggong, dan kali ini adik bungsunya yang mencari apa yang digonggongi si anjing. Ia menemukan buah kayu. Berbeda dengan abang-abangnya, adik bungsu ini mengambil buah kayu itu. Ke enam abangnya menghampiri si bungsu dan bertanya untuk apa ia mngambil buah kayu itu. Adik bungsunya menjawab hanya untuk mainan. Ia membawa pulang buah kayu itu dan menyimpannya di bawah tangga rumahnya.

Keesokan harinya, tumbuh kayu yang bercabang dua di depan rumahnya. Setelah anak-anak ini seharian kebingungan, malamnya si bungsu memimpikan mamak dan bapaknya. Orang tua yang sudah lama dinantikannya itu menjelaskan bahwa kayu itu adalah wujud mamak dan bapaknya yang selama ini menghilang. “inilah kayu belian”, kata bapak dan mamak si bungsu itu. Cabang yang menghadap ke arah matahari terbit dapat digunakan untuk membuat rumah, dan yang menghadap ke arah matahari terbenam digunakan untuk minsan orang mati. Dalam mimpi itu, bapak dan mamak anak bungu itu minta untuk kayu terus dipiara dan jangan ditebang sampai besar.

Setelah sekian lama, kayu belian itupun besar. Maka ketujuh saudara itu mulai menebang kayu untuk membuat rumah. Mulai dari tiang, tangga, lantai, sampai atap cukup hanya dengan satu batang kayu belian itu.

Rumah dari belian pun jadi. tetapi masalah lain pun muncul. Penghuni rumah itu sakit bergantian dari abang pertama, kedua, dan seterusnya tidak pernah putus sakit. Mereka pun mengeluh, dulu ketika rumah mereka masih terbuat dari bambu dan atap rumbia, tidak pernah mereka sakit. Sekarang ketika rumah sudah bagus dari kayu belian semua, mereka justru tidak pernah sembuh dari sakit.
Salah satu dari mereka mimpi. Bahwa ketika mereka membuat rumah tidak ada syarat potong babi, ayam, tuak, dan sebagainya (Pak Ecak) tidak berani menceritakan syarat-syarat karena barangnya tidak ada), barulah mereka sembuh. Sejak saat itu jika di jemput, dukun harus diantarkan pulang. (Silvanus Ecak, 9 Mei 2011)

***jika akan membuat rumah, pemilik rumah harus membuat patung dari kayu yang disebut Akek Riamelana dan mengikatnya di tiang utama di bagian bawah rumah. Orang Batu Laut dikatakan masih menggunakan adat ini. Sementara rumah yang seluruhnya terbuat dari kayu belian dan penghuninya terkena musibah pernah terjadi di Sengkuang Dauk.

No comments:

Post a Comment