BUJANG SEMPARAN (asal-usul ngalu dan mulang buah)

BUJANG SEMPARAN  (asal-usul ngalu dan mulang buah)
            Demia, seorang perempuan menikah dengan Bujang Semparan dari bangsa lain. Ia mengikuti suaminya tidak tinggal di dunia. Di tempat suaminya itu, dicukupkan segala-galanya. Segala macam buah-buahan selalu tersedia, dan segala penyakit atau semparan juga tidak ada.

            Setelah sekian lama ia tinggal bersama suaminya, Demia ingin mengunjungi orang tuanya di dunia. Ia ijin kepada suami dan mertuanya. Baik suami maupun mertua Demia mengijinkan Demia mengunjungi orang tuanya, dengan catatan jangan membawa buah apapun yang ada di sana untuk di bawa ke dunia. Mertua Demia melarang Demia membawa sesuatu dari tempat tinggalnya ke dunia karena merasa Demia tidak mengetahu syarat-syarat menanam buah-buahan tersebut, Jika tidak ada syarat yang dilakukan, maka penyakit akan banyak bermunculan.

            Demia pergi ke dunia untuk mengunjungi orang tuanya. Tetapi Demia tidak menuruti larangan mertuanya. Ia mencuri bibit buah-buahan dan menyimpannya di bawah alat kelaminnya. Setelah sampai di dunia, Demia menanam semua bibit. Bapak dan mamak Demia tidak tahu apa yang ditanam Demia.

            Setelah sekian lama, bibit yang dulu ditanam Demia mulai tumbuh dan berbunga. Pada musim kemarau, tanaman mulai masak dan berbuah. Demia mengatakan kepada bapak dan mamaknya, bahwa itulah yang dinamakan buah yang rasanya enak. Semua orang di dunia makan buah dan mulai menanam pohon buah-buahan. Setelah itu muncullah berbagai macam penyakit atau sampar.

           Melihat hal itu, mertua Demia turun ke dunia. Ia mengetahui bahwa Demia mencuri bibit buah dari tempatnya dan mengutuk perbuatan Demia. Ia kemudian menjelaskan bahwa untuk menanam buah diperlukan beberapa syarat. Yaitu pada musim bunga ada sajian dan umpan untuk hantu semparan yang dipercaya datang bersama datangnya musim buah. Jika bunga sudah habis disiapkan lagi sajian dan umpan hantu semparan dengan harapan agar hantu itu ikut pulang bersama dengan habisnya musim buah.
Setelah tahu syarat menanam buah, orang-orang yang memakan buah mulai sembuh dari semparan dan sejak itu orang Dayak selalu menyiapkan sajian ketika buah mulai berbunga dan mengembalikan buah-buahan itu dengan cara menghanyutkan beberapa syarat dalam pondok bambu yang dihanyutkan ke sungai. (Silvanus Ecak, 14 Mei 2011)

No comments:

Post a Comment