Cerpen DEMAMANG KEJADI

DEMAMANG KEJADI (asal-usul manusia makan nasi)
            Pada jaman dahulu manusia belum mengenal nasi, untuk makan sehari-hari manusia memakan arang. Ada 7 orang demamang (laki-laki) bersaudara. Setiap hari mereka pergi ke hutan untuk mencari arang. Pada suatu hari, kakak tertua mengajak adik-adiknya mencari kayu benuah (kayu bengkirai) untuk dijadikan arang. Setelah jauh berjalan, mereka menemukan satu buah pohon bengkirai yang sangat besar. Setelah ditebang dan dipotong, kayu bengkirai itu dibagi menjadi tujuh bagian. Setelah semua mendapat bagian, si bungsu ternyata hanya kebagian pokok dahan.
            Kakak-kakaknya memotong kayu bagian mereka lalu membakarnya untuk dijadikan arang. Si bungsu yang kebagian pokok dahan tidak bisa membelah kayu bagiannya karena memang pokok dahan itu sangat keras. Si bungsu membawa pulang dahan itu. Setelah sampai rumah, ternyata di dalam pokok dahan itu ada seorang bayi. Saudaranya yang lain tidak percaya bahwa si bungsu menemukan seorang bayi di dalam pokok dahan. Mereka berkata kepada adiknya bahwa jika ia hanya memelihara anak hantu, maka si bungsu itu tidak boleh mengikuti mereka. Keenam saudara pergi meninggalkan si bungsu dan seterusnya makan arang.
Pada suatu hari, bayi yang diasuh demamang bungsu itu minta nasi. Bapak angkatnya tidak tahu apa itu nasi. Tetapi bayi itu terus memaksa minta nasi. Bapaknya kemudian bertanya kepada bayi itu, bagaimana cara membuat nasi. Bayi itu menjelaskan bahwa untuk membuat nasi itu harus menebas hutan, menebang, membakar, dan menugal. Setelah selesai menugal, bayi itu juga minta kepada bapaknya agar badannya dicincang lalu dihamburkan ke ladang yang akan dibuatnya. Bapaknya tentu saja tidak tega jika harus mencincang anaknya. Tetapi si bayi itu memaksa, dan bapaknya akhirnya menurutinya. Si demamang bungsu mencincang tubuh anaknya dan menghamburkannya ke tanah.
Setelah beberapa lama, anak bayi itu masuk ke mimpi bapaknya. Dalam mimpi itu ia menjelaskan bahwa tumbuhan yang panjang seperti galah namanya tebu itu adalah tulangnya, anak bayi itu melarang bapaknya mencabut tumbuhan yang seperti galah itu. Ada juga tumbuhan yang buahnya bulat seperti batu, itu namanya keladi, ada juga yang seperti batu itu namanya keribang dan itu adalah kepalanya. Jika bapaknya menemukan ada tumbuhan yang daunnya beruas-ruas itu namanya padi yang merupakan darah, jari, dan tulang bayi itu. Jika padi sudah masak dan berwarna kuning, bayi itu menyuruh bapaknya untuk memotong padi, mengambil buahnya, menumbuk, dan memasaknya. Selanjutnya ada juga buah yang bulat itu namanya kondur, yang merayap itu prenggi, yang kecil itu mentimun, dan sebagainya[1]. Anak itu meminta kepada bapaknya untuk tidak mencabut tumbuhan yang disebutkan oleh si anak itu. Untuk tumbuhan selain itu berarti boleh dicabut karena itu adalah rumput yang justru mengganggu tumbuhnya tanaman.
Setelah sekian lama, tanaman yang dimaksudkan si bayi itu mulai masak. Suatu hari, bapak anak ini berjalan-jalan ke ladangnya. Ia melihat babi makan batu, ia ingin tahu rasanya dan ia merasakan enak. Ternyata yang dimakannya itu adalah keladi dan keribang.
Si bungsu, bapak si bayi yang dicincang itu memotong tanaman yang panjang seperti galah itu untuk pegangan tangga. Tetapi pada suatu hari ia melihat babi memakan galah itu. Ia penasaran dengan rasa galah itu,dan setelah ia merasakan ternyata rasanya segar dan manis. Selanjutnya ia memotong padi, menumbuk, dan memasak padi sebagaimana yang disuruh oleh anaknya. Setelah masak, bungsu merasakannya dan ia terkejut karena rasanya sangat enak.
Setelah sekian lama terpisah, ke enam saudaranya datang ke tempat si bungsu yang ternyata masih hidup. Sampai saat itu keenam saudara si bungsu itu masih makan arang. Ia heran ketika adiknya tidak memakan arang, tetapi memakan barang lain. Ia bertanya, apa yang dimakan si bungsu dan bagaimana cara ia mendapatkannya.
Bungsu menceritakan semua, bahwa pada hari terakhir mereka bertemu itu ia menemukan seorang bayi yang berada di dalam pokok dahan. Ia memelihara bayi itu. Lalu pada suatu hari, si bayi minta nasi. Ia bingung apa itu nasi, bagaimana bentuknya, dan dimana ia dapat memperolehnya. Kemudian bayi itu menjelaskan caranya membuka ladang dan meminta bapaknya mencincang tubuhnya dan menghamburkannya di ladang.
Lalu keenam saudaranya mencicipi nasi yang sudah dimasak oleh si bungsu. Begitu ia mulai mencicipi sedikit saja nasi, keenam saudara itu langsung mabuk dan tertidur pingsan karena terkejut dengan rasa nasi yang sangat enak. Setelah terbangun mereka mulai memiliki nafsu untuk makan lagi. Kemudian mereka belajar membuka ladang, lalu menanam padi dan berbagai tanaman lain. Sementara arang yang dibawa keenam saudara itu dirajang dan dihambur, jadilah ketan hitam. Sejak itulah sampai sekarang manusia mengenal berbagai macam tanaman yang menjadi makanan pokok sampai saat ini. (Silvanus Ecak, 14 Mei 2011)
(2)   BATU PENGANTIN
Pada jaman dulu, ada sepasang pengantin yang pergi ke tepi sungai. Tiba-tiba mereka melihat ada seekor anjing yang memakai baju. Karena dianggap tidak biasa, sepasang pengantin ini tertawa terbahak-bahak menertawakan anjing itu. Tiba-tiba sepasang pengantin itu berubah menjadi batu karena ternyata anjing yang mereka tertawakan itu adalah anjing jadi-jadian. Makanya anjing itu berpakaian. (Mutiara Hastuti, 4 Mei 2011).

No comments:

Post a Comment