Hubungan Kualitas Jasa Dengan Kepuasan Konsumen

Kualitas mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kepuasan konsumen.Kualitas memberikan suatu dorongan kepada konsumen untukmenjalin suatu ikatan yang kuat dengan perusahaan. Dalam jangka panjangikatan ini akan memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan seksama harapan dari pelanggan serta kebutuhan mereka. Dengan demikian, perusahaan akan dapat meningkatkan kepuasan konsumen yang paling menyenangkan dan meminimalkan atau meniadakan pengalaman konsumen kurang menyenangkan yang pada gilirannya kepuasan konsumen dapat menciptakan kesetiaan dan loyalitas pelanggan kepada perusahaan yang memberikan kualitas yang memuaskan.

Kualitas jasa yang unggul dan konsisten dapat menumbuhkan kepuasan pelanggan yang akan memberi berbagai manfaat (Tjiptono, 1994), seperti :
a. Hubungan perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis.
b. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.
c. Dapat mendorong terciptanya loyalitas konsumen.
d. Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan.
e. Reputasi perusahaan menjadi baik dimata konsumen.
f. Laba yang diperoleh perusahaan akan meningkat.

Terdapat beberapa dimensi kualitas jasa yang disebut sebagai dimensi SERVQUAL (Lupiyoadi,2006) yaitu :
1. Keandalan
Menurut Tjiptono (2006:70) keandalan (realibity) merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Hal ini berarti perusahaan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama (right the first time). Selain itu juga berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati.
Menurut Parasuraman (2005) yang dikutip kembali oleh Ramdan (2008) atribut-atribut yang berada dalam dimensi ini antara lain :
a. Memberikan pelayanan sesuai janji,
b. Pertanggungjawaban tentang penanganan konsumen akan masalah pelayanan,
c. Memberikan pelayanan yang baik saat kesan pertama kepada konsumen dan tidak membedakan antara konsumen satu dengan yang lainnya,
d. Memberikan pelayanan tepat waktu,
e. Memberikan informasi kepada konsumen tentang kapan pelayanan yang dijanjikan akan direalisasikan.
 
Hubungan keandalan dengan konsumen adalah keandalan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Semakin baik presepsi konsumen terhadap keandalan perusahaan maka kepuasan konsumen
juga semakin tinggi. Dan jika presepsi konsumen terhadap keandalan buruk, maka kepuasan konsumen juga akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2006) menyebutkan bahwa variabel
compliance, assurance, tangibles, realibility, danempathy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Dari uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut : 
H1 = keandalan/reliability berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.
 
2. Daya tanggap
Menurut Tjiptono (2006:70) daya tanggap (responsiveness) merupakan keinginan para staf untuk membantu para konsumen dan memberikan pelayanan dengan tanggap. Daya tanggap dapat berarti respon atau
kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi,dll.
 
Menurut Pasuraman (2005) yang dikutip kembali oleh Ramdan (2008) ada beberapa atribut yang ada dalam dimensi daya tanggap ini, antara lain :
a. Memberikan pelayanan yang cepat,
b. Kerelaan untuk membantu / menolong konsumen,
c. Siap dan tanggap untuk menanggapi respon permintaan dari para konsumen.
 
Hubungan daya tanggap dengan kepuasan konsumen adalah daya tanggap mempunyak pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Semakin baik presepsi konsumen terhadap daya tanggap perusahaan maka kepuasan konsumen juga akan semakin tinggi. Dan jika presepsi konsumen terhadap daya tanggap buruk maka kepuasan konsumen juga akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2006) menyebutkan bahwa variabel compliance, assurance, tangibles, realibility, danempathy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
 
Dari uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut : H2 = daya tanggap / responsiveness berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.
 
3. Jaminan
Menurut Tjiptono (2006:70) jaminan mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf; bebas dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan. Pada saat persaingan sangat kompetitif, angoota perusahaan harus tampil lebih kompeten, artinya memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang masing-masing. 
IBM sangat menekankan faktor-faktor tersebut kepada para teknisi yang menangani pemasangan dan layanan purna jual. Faktor security, yaitu memberikan rasa aman dan terjamin kepada pelanggan merupakan hal yang penting pula. Menurut Pasuraman (2005) yang dikutip oleh Ramdan (2008) beberapa atribut yang ada dalam dimensi jaminan ini adalah :
a. Karyawan yang memberi jaminan berupa kepercayaan diri kepada konsumen,
b. Membuat konsumen merasa aman saat menggunakan jasa pelayanan perusahaan,
c. Karyawan yang sopan,
d. Karyawan yang memiliki pengetahuan yang luas sehingga dapat menjawab pertanyaan dari konsumen.
 
Hubungan jaminan dengan kepuasan konsumen adalah jaminan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Semakin baik presepsi konsumen terhadap jaminan yang diberikan oleh perusahaan, maka kepuasan konsumen juga semakin tinggi. Dan jika presepsi konsumen terhadap jaminan yang diberikan oleh perusahaan buruk maka kepuasan konsumen juga akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2006) menyebutkan bahwa variabel compliance, assurance, tangibles, realibility, danempathy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
 
Dari uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut :
H3 = jaminan / assurance berpengruh positif terhadap kepuasan konsumen.

4. Empati
Menurut Tjiptono (2006:70) empati merupakan kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para konsumen. Setiap anggota perusahaan hendaknya dapat mengelola waktu agar mudah dihubungi, baik melalui telepon ataupun bertemu langsung. Dering telepon usahakan maksimal tiga kali, lalu segera dijawab. Ingat, waktu yang dimiliki pelanggan sangat terbatas sehingga tidak mungkin menunggu terlalu lama. Usahakan pula untuk melakukan komunikasi individu agar hubungan dengan pelanggan lebih akrab. Anggota perusahaan juga harus memahami pelanggan, artinya pelanggan terkadang seperti anak kecil yang menginginkan segala sesuatu atau pelanggan terkadang seperti orang tua yang cerewet. Dengan memahami pelanggan, bukan berarti anggota perusahaan merasa “kalah” dan harus “mengiyakan” pendapat pelanggan, tetapi paling tidak mencoba melakukan kompromi bukan melakukan perlawanan. Menurut Pasuraman (2005) yang dikutip oleh Ramdan (2008) atribut yang ada dalam dimensi empati ini adalah :

a. Memberikan perhatian individu kepada konsumen,
b. Karyawan yang mengerti keinginan dari para konsumennya.

Hubungan empati dengan kepuasan konsumen adalah empati mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Semakin baik presepsi konsumen terhadap kepedulian yang diberikan oleh perusahaan maka kepuasan konsumen juga akan semakin tinggi. Dan jika presepsi konsumen terhadap empati yang diberikan oleh perusahaan buruk, maka kepuasan konsumen akan semakin rendah.Penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2006) menyebutkan bahwa variabel compliance, assurance, tangibles, realibility, danempathy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
 
Dari uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesis sebagai berikut :
H4 = empati / kepedulian berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.
 
5. Berwujud
Menurut Tjiptono (2006:70) bukti fisik (tangible) merupakan meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi. Hal ini bisa berarti penampilan fasilitas fisik, seperti gedung dan ruangan front
office, tersedianya tempat parkir, keberhasilan, kerapian dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan komunikasi, dan penampilan karyawan.
 
Bukti fisik yang baik akan mempengaruhi presepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek ini juga merupakan salah satu sumber yang mempengaruhi harapan pelangggan. Karena dengan bukti fisik yang
baik maka harapan konsumen menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, merupakan hal yang penting bagi perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh aspek wujud fisik yang paling tepat, yaitu masih memberikan impresi positif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan tetapi tidak menyebabkan harapan yang terlalu tinggi sehingga dapat memenuhi kebutuhan konsumen dan memberikan kepuasan pada konsumen.
 
Hubungan wujud fiisk dengan kepuasan konsumen adalah wujud fisik mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Semakin baik presepsi konsumen terhadap wujud fisik maka kepuasan konsumen juga akan semakin tinggi. Dan jika presepsi konsumen terhadap wujud fisik buruk, maka kepuasan konsumen juga akan semakin rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2006) menyebutkan bahwa variabel compliance, assurance, tangibles, realibility, responsiveness,dan empathy berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan pelanggan.
Dari uraian di atas, maka dapat disajikan hipotesa sebagai berikut :
H5 = bukti fisik/ tangible berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen.

No comments:

Post a Comment