Makalah Keberadaan Manusia Di Bumi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari peristiwa besar yang disebut secara jelas dalam Al-Qur’an, surah Al-Baqarah ayat : 30, kita tahu bahwa keberadaan manusia dimuka bumi bukanlah sebuah kecelakaan melainkan memang sengaja Allah menciptakan manusia dibumi sebagai makhluk yang dimuliakan dan dipercaya sebagai pengemban amanah dengan sebutan “ Khalifah fil ardli” (khalifah dimuka bumi), Artinya kejadian Adam dihasut iblis tidak ada hubungannya dengan keberadaan manusia dibumi bukanlah sebuah kesalahan atau kecelakaan melainkan kemuliaan yang dikaruniakan Allah SWT atas manusia.

Dalam surah Al-Isra ayat:70, Allah menyebutkan pemuliaan atas manusia dengan sebutan Bani Adam (anak keturunan / keluarga Adam) “Dan sesungguhnya kami telah muliakan Bani(keturunan) Adam, Kami angkut mereka di daratan dan dilautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan “.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberadaan manusia dibumi?
2. Apa saja misi penciptaan dan tugas manusia?
3. Apa status dan fungsi manusia?
4. Apa tujuan dan program hidup manusia?
5. Bagaimana teladan hidup manusia?
6. Siapa kawan dan lawan hidup manusia?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana keberadaan manusia dibumi
2. Mengetahui misi penciptaan dan tugas manusia
3. Mengetahui status dan fungsi manusia
4. Mengetahui tujuan dan program hidup manusia
5. Mengetahui teladan hidup manusia
6. Mengetahui siapa kawan dan lawan manusia

BAB II
PEMBAHASAN

1. KEBERADAAN MANUSIA DIBUMI
Dalam agama islam juga dijelaskan bahwasannya manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang mana keberadaannya dibumi ini bukan karena sembarangan alasan. Melainkan,karena ia percaya untuk menjadi khalifah dibumi ini. Sebagai mana firman Allah kepada para malaikat ketika akan menciptakan Adam, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seseorang khalifah dimuka bumi” (Al-Baqarah:30). Dan mereka berkata.”Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah dimuka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah padanya, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau ?” Allah menjawab “Sesungguhnya aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. Dengan demikian Allah telah memilih manusia untuk dijadikan khalifah dimuka bumi.walauoun manusia itu dikenal sebagai perusak dan akan selalu menumpahkan darah dimuka bumi. Dibanding malaikat yang selalu memuji, bertasbih, kepada Allah sang pencipta. Semua ini hanya Allah lah yang tahu, kehendak Allah hanya meridhoi bahwa kekhalifahan itu dipegang oleh hamba-Nya yang shalih, yang dapat mengemban tugasnya dengan baik.

Manusia sebagai khalifah dimuka bumi, mempunyai peranan penting ini yang dijalankan sampai akhir zaman atau pun kiamat, dan peranan penting ini pun sebagai bagian dari fungsi manusia sebagai  khalifah, diantaranya :
a. Memakmurkan Bumi ( Al’imarah)
b. Memelihara Bumi ( Arri’ayah)
c. Perlindungan

2. MISI PENCIPTAAN DAN TUGAS MANUSIA

a. Tujuan penciptaan manusia
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menegaskan bahwa, Ia menciptakan manusia tidaklah dengan main-main tetapi dengan tujuan yang haq. Dengan diberi tugas dan kewajiban yang akan dimintai pertanggungjawabannya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?" (QS. Al Mu'minuun : 115).
Tujuan dari diciptakan manusia adalah dalam rangka pengabdian diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan melaksanakan seluruh aturan-Nya yang telah ditetapkan.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (QS. Adz Dzariyat : 56).
Sedangkan tugas utama manusia adalah memelihara amanah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala pikulkan kepadanya, setelah langit dan gunung enggan memikulnya.
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh," (QS. Al Ahzab : 72).
Amanat Allah Subhanahu wa Ta’ala itu adalah berupa tanggung jawab memakmurkan bumi dengan melaksanakan hukum-Nya dalam kehidupan manusia di bumi ini. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala tegaskan kepada Nabi Daus As.
"Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan." (QS. As Shaad : 26).
Untuk menunaikan tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya ini, manusia harus mengerahkan segala potensi (baik internal maupun eksternal) yang ada pada dirinya, dan harus sanggup berkorban dengan segala harta dan jiwanya. Dengan pengerahan potensi dan kesanggupan berkorban, maka tugas dan peran manusia untuk mewujudkan kekhilafahan dan menegakkan hukum-Nya pasti dapat terwujud. Adapun manusia yang tidak mau melaksanakan tugas dan enggan merealisasikan tugas dan perannya, maka ia adalah manusia yang jahil (bodoh) dan dzalim. Sebagaimana yang disinyalir oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
"... Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." (QS. Al Ahzab : 72).

3. STATUS DAN FUNGSI MANUSIA
Didalam Al-Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia.

· Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS. Az-Dzariyat: 56 “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”

· Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir kedunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya. Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar dihari akhir nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS.Al-A’raf : 172 “ Dan (ingatlah), keturunan anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman)”Bukankah Aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab “Betul ( Engkau Tuhan kami ), kami menjadi saksi (kami lakukan yang demikian itu) agar dihari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yag lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)

· Khalifah Allah sebenaranya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu jabatan sebagai Raja atau Presiden. Tetapi, yang dimaksud sebagai khalifah disini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rasullah kepada umat manusia. Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul tanggung jawab ini. Karena adalah wali Allah yang mempusakai dunia ini.

4. TUJUAN DAN PROGRAM HIDUP MANUSIA
Setiap manusia haruslah mengetahui siapa dirinya, kenapa dia dilahirkan dan apa tujuan dan tugas-tugas hidupnya. Berapa lama dia bisa hidup didunia ini dan kemana dia pergi setelah meninggalkan dunia ini..

Al-Quran sebenarnya telah memberikan penjelasan tentang tujuan hidup dan sasaran yang harus dicapai dalam hidup ini. Dengan tegas Al-Quran telah memberikan tanggapan kepada kehidupan manusia yang hanya mementingkan soal makan dan minum (kenikmatan duniawi), seperti dalam firman Allah :

“Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang, dan nerakalah tempat tinggal mereka.”

Dan dengan demikian juga Al-Quran memberi penjelasan bagi umat manusia yang sibuk mencintai kebendaan yang fana (sementara).

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, sawah, ladang. Itulah kesenangan di dunia dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (syurga).”

Al-Quran juga menjelaskan perilaku umat manusia yang suka menyebarkan fitnah dan memaparkan kejelekan serta membuat kerusakan di atas muka bumi. Firman Allah :

“Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak dan Allah tidak menyukai kebinasaan.”

Itulah tujuan yang lumrah dikejar oleh umat manusia alam kehidupan di dunia. Semoga Allah membebaskan kaum yang beriman dari perbuatan tersebut di atas. Semoga Allah menganugerahkan tugas yang lebih mulia dari seluruh perbuatan itu, yakni tugas memberi petunjuk kepada umat manusia, membimbing pada kebaikan dan kemakmuran dunia dengan risalah Islam seperti seruan Allah di dalam kitab-Nya :

“Wahai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu kepada jalan Allah dengan sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam Agama suatu kesempitan, (ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam Al-Quran ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kuat pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dia lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”

Berdasarkan ayat di atas, Allah telah memberikan ruang yang luas kepada umat islam agar membimbing umat manusia ke jalan yang benar. Begitu juga Al-Quran memberi hak menguasai bumi dalam rangka melaksanakan perintah Allah SWT.

A. TUJUAN HIDUP MUSLIM
Kadangkala ada yang mengatakan tujuan hidup adalah untuk masuk surga dan terhindar dari api neraka. Tetapi itu semua dibantah oleh orang-orang sufi seperti Rabi’ah Al-Adawiyah dengan konsep Al-Mahabbahnya yang mengatakan :

“Aku mengabdi kepada Allah bukan karena takut kepada neraka......, dan bukan pula karena ingin masuk surga .... , Tetapi aku mengabdi karena cintaku kepada-Nya.” (Faham ini mengutamakan ibadah-ibadah yang banyak pahala).

“Tuhanku, jika ku puja Engkau karena mengharapkan jannah, jauhkan aku daripadanya. Tetapi jika ku puja karena Engkau, maka janganlah sembunyikan kecantikanmu yang kekal dariku.” (mereka terlalu cinta kepada tuhan).

Bila kita perhatikan dari dua pendapat di atas bahwa pendapat pertama biasanya kurang menggunakan akal mereka dalam memikirkan soal-soal agama, karena lebih mempercayai kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan dalam perbuatan-Nya, yaitu mengutamakan ibadat-ibadat yang banyak pahalanya seperti shalat di Masjid Al-Haram di Makkah, di Masjid Nabi di Madinah, puasa enam hari bulan syawal dan lain sebagainya, tetapi kurang mementingkan ahlak al-karimah, amal shaleh lain untuk sekedar bisa masuk surga, sebagai tujuan hidup mereka.

Sedangkan pendapat yang kedua,mengutamakan ahlak al-karimah, amal shaeh dan lain sebagainya, tetapi kurang memperhatikan nasib mereka di dunia ini. Mereka terlalu cinta kepada Tuhan sepert Rabi’ah Al-Adawiyah, baginya tidak ada lagi ruang kosong dalam hatinya untuk membenci, termasuk membenci kepada syaitan.

Pada dasarnya, tujuan hidup muslim terbagi menjadi dua, yaitu tujuan hidup vertikal dan tujuan hidup horizontal.

B. Tujuan Hidup Vertikal
Tujuan hidup muslim dalam hubungan vertikal, dalam berhubungan dengan Allah adalah “Radiatan Mardiyah”. Artinya setiap perilaku orang muslim itu baik dalam bentuk niat, kata hati, perkataan, perbuatan, dan gerak-geriknya menunjukkan rasa ridha, cinta dan puas (radiatan) kepada Allah, dan Allah pun senang dan cinta kepada perilaku hamba-Nya itu. Bukan sebaliknya yaitu perilaku muslim itu menunjukkan rasa ragu, ingkar kepada Allah, dan akibatnya Allah pun akan benci, tidak merestui, dan mengutuk perilaku hamba-Nya itu.

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi di ridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (QS. Al-Faj: 27-30)

C. Tujuan Hidup Horizontal
Tujuan hidup muslim dalam hubungan horizontal adalah “rahmatan lil ‘alamin”. Allah berfirman :

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya: 107)

Rasulullah dan termasuk umatnya adalah sebagai rahmatan lil ‘alamin, yaitu untuk mendatangkan rahmat (kebaikan, manfaat, faedah, dan keuntungan) bagi alam semesta/mahluk. Bukan sebaliknya, yaitu perilaku kaum muslimin itu mendatangkan mudharat (keburukan, kerusakan, kejahatan, terror, kerugian, dan sebagainya) kepada para mahluk.

D. Cara Mencapai Tujuan Hidup Muslim
Adakalanya pula orang mengatakan bahwa tujuan muslim hidup di dunia adalah beribadah. Beribadah sebenarnya bukanlah merupakan suatu tujuan hidup, tetapi ia adalah jalan, cara atau upacara, dan tugas hidup yang harus dikerjakan dan direalisasikan seorang muslim selama ia masih bisa bernafas agar dia dapat mencapai tujuan hidupnya. Seperti seorang muslim mengerjakan shalat. Shalat adalah ibadah, ibadah shalat bukan tujuan hidup muslim, tetapi cara atau jalan untuk mencegah diri dari perbuatan fahsya dan munkar. (QS. AL-Ankabut: 45).

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memumikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah: 5)

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi Rizki yang mempunyai Kekuatan Lagi Sangat Kokoh”. (QS. Adz-dzariyat: 56-58).

Perintah Allah kepada para mahluk-Nya adalah untuk beribdah kepada-Nya. Suatu perintah adalah tugas, bukan tujuan, tetapi setiap tugas tentu ada tujuannya. Perintah atau tugas mengabdi kepada Allah itu bukan untuk kepentingan Allah dan bukan pula supaya Allah mendapatkan keuntungan atau manfaat daripadanya, tetapi beribadah itu semata-mata untuk kepentingan dan manfaat bagi manusia. Salah satu manfaat yang terpenting dari beribadah adalah untuk mendapatkan ridha Allah, yang hubungannya akan harmonis dengan-Nya dan sebagai hasilnya ia mendatangkan rahmat bagi segenap alam.

5. TELADAN HIDUP MANUSIA
Rasulullah Saw, adalah teladan hidup atau idola utama bagi umat Islam. Pasalnya, dalam diri Rasulullah Saw, terdapat keteladanan nyata yang dapat memancarkan cahaya hidayah. Menerangi kehidupan umat manusia menuju cahaya kebenaran dan kemenangan. Sungguh, pribadi Rasulullah sangat menggagumkan dan penuh pesona. Hal ini disebabkan karena keteladanan indah yang menghiasi hidupnya. Oleh karena itu kita harus mempelajari sejarah panjang kehidupan Rasulullah dan berusaha menemukan mutiara indah yang penuh pesona dari kepribadiannya. Yang terpenting lagi bagaimana kita mampu menerapkan nilai-nilai keteladanan Rasulullah dalam kehidupan kita. Lalu muncul pertanyaan, kenapa kita harus menjadikan Rasulullah sebagai teladan hidup dan harus mempelajari kisah hidupnya? Amru Khalid dalam bukunya, “Jejak Sang Junjungan” mengatakan, “ Salah satu alasan yang mendorong kita mempelajari perjalanan Nabi SAW adalah dalam rangka mengambil keteladanan. Seorang tak akan mendapatkan teladan paling lengkap dan sempurna, selain dari diri Beliau. Hal itu karena Allah Swt telah memberikan kepada Beliau- selama 23 tahun kenabiaannya- segala sesuatu yang dibutuhkan umat manusia hingga hari kiamat.

Banyak orang yang telah mengetahui kepribadian Rasulullah Saw, dan perintah untuk meneladani kepribadiannya itu. Namun tidak banyak orang yang mampu mengaplikasikan nilai nilai keteladanan Rasulullah Saw, dalam kehidupan nyata. Makanya, kita harus memahami makna yang terkandung dalam QS. Al Ahzab 21 “Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah Saw, itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

6. KAWAN DAN LAWAN HIDUP MANUSIA
Di dalam Al-Quran, Allah SWT menceritakan penyesalan manusia calon penghuni neraka tatkala hari kiamat tiba disebabkan karena menjadikan seseorang sebagai kawan dekatnya yang membuat-nya terperosok dalam neraka.
Allah SWT berfirman : “Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si Fulan sebagai teman akrab(ku). Sesungguhnya ia telah menyesatkan aku dari al-Quran ketika al-Quran itu datang kepadaku”. (Q.S al-Furqan: 28-29)
Mereka pun saling menuduh dan menyalahkan, bahwa temannya itulah yang mengajak dan mendorongnya melakukan pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah SWT. 
Mereka yang ketika hidup di dunia merupakan teman akrab, ketika kiamat kelak menjadi musuh satu sama lain sebagaimana disampaikan dalam ayat lainnya.
Allah SWT berfirman :“Teman-teman akrab pada hari itu (datangnya hari kiamat), sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa”. (QS al-Zukhruf: 67). Apa yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa persahabatan dengan motivasi kepentingan materi, atau manfaat duniawi lainnya, tidaklah akan kekal, bahkan tidak jarang masih di dunia pun sudah terjadi permusuhan. Yang dulunya berkawan erat bisa saling serang dan saling membongkar aib., bahkan saat berbeda negara sekalipun.

A. Persahabatan Dalam Aqidah
Persahabatan yang kekal abadi adalah persahabatan antara sesama orang-orang yang bertakwa, yang didasarkan pada landasan ketakwaan, bukan didasarkan kepada kesamaan kepentingan duniawi, kesukuan, atau kebangsaan.Persahabatan yang terbangun atas dasar Islam bisa dibuktikan dengan melihat sejauh mana kesesuaian mereka dengan syari’at Allah dalam menjalin hubungan. Kawan sejati adalah yang akan memberikan nasihat kepada sahabatnya, akan mengingatkannya ketika sahabatnya menyimpang dari aturan Allah SWT., dan akan bekerjasama dalam menegakkan “amar ma’ruf dan nahi munkar”.
“Pada suatu hari, ada dua orang pemuda sedang berkelahi, masing-masing dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Pemuda Muhajirin itu berteriak; ‘Hai kaum Muhajirin, (berikanlah pembelaan untukku!) ‘ Pemuda Anshar pun berseru; ‘Hai kaum Anshar, (berikanlah pembelaan untukku!) ‘ Mendengar itu, Rasulullah saw keluar dan bertanya: ‘Ada apa ini? Bukankah ini adalah seruan jahiliah? ‘ Orang-orang menjawab; ‘Tidak ya Rasulullah. Sebenarnya tadi ada dua orang pemuda yang berkelahi, yang satu mendorong yang lain.”Kemudian Rasulullah bersabda:”Tidak mengapa, hendaklah seseorang menolong saudaranya (sesama muslim) yang berbuat zhalim atau yang sedang dizhalimi. Apabila ia berbuat zhalim/aniaya, maka cegahlah ia untuk tidak berbuat kezhaliman dan itu berarti menolongnya. Dan apabila ia dizalimi/dianiaya, maka tolonglah ia!”. (HR. Muslim dari Jabir r.a).

Pola hubungan inilah yang seharusnya kita lakukan dalam setiap dimensi kehidupan, siapapun teman kita, apakah dia miskin atau kaya, pejabat, penguasa ataupun rakyat jelata, persahabatan yang tercermin dengan sikap saling membantu dan memotivasi untuk berbuat keta’atan kepada Allah, dan saling mengingatkan dan mencegah dari pelanggaran syari’at-Nya. Kita memang harus siap berkawan dengan siapa saja, meskipun sebelumnya menjadi musuh kita, jika Islam menghendaki kita harus bersatu dengan-nya. Sebaliknya, kita harus sanggup menjadikan siapa pun sebagai musuh kita (termasuk orang yang sebelumnya amat dekat dengan kita), jika mereka menentang Islam, menghalangi dakwah, atau menyuburkan kemaksiatan, yang oleh karenanya Islam menghendaki kita menjadikannya sebagai musuh.

B. Umat Islam Lemah karena Menjadikan Lawan sebagai Kawan
Rasulullah SAW telah mengisyaratkan bahwa kekalahan umat Islam saat ini adalah akibat pengkhianatan sebagian umat Islam atas sebagian yang lainnya. Inilah yang saat ini sedang terjadi. Kehancuran umat Islam bukan karena kekuatan musuh, namun karena pengkhianatan sebagian umat Islam. Para pengkhianat agama itu bekerja sama dengan thagut dan orang-orang kafir penjajah untuk memerangi para pejuang Islam. Para pengkhianat dari Islam itu sendiri telah menjual darah daging saudaranya kepada para pembenci Islam dengan imbalan yang sedikit.Padahal Rasulullah SAW, bersabda dalam Hadits, Nukman bin Basyir:
“Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, saling mengasihi, dan saling menyayangi adalah bagaikan satu jasad, jika salah satu anggotanya menderita sakit, maka seluruh jasad juga merasakan (penderitaannya) dengan tidak bisa tidur dan merasa panas.” (HR. Bukhari dan Muslim). Tetapi apa yang terjadi pada saat ini? Justru sebaliknya, di antara umat Islam saling menawan satu sama lain dan saling menikam dari belakang. Sebagian lagi ada yang menjadi kaki tangan dan ada pula yang benar-benar menjadi budak setia kaum kafir penjajah. Kegagalan umat Islam untuk menjadi umat yang bermartabat saat ini lebih karena faktor loyalnya mereka terhadap musuh-musuh Islam.
Demikian pula keberhasilan musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Nasrani, mereka menang bukan karena kehebatan dan kekuatan yang dimilikinya, melainkan adanya sebagian umat Islam yang bekerja sama dengan mereka.Contohnya, kita saksikan masalah di Palestina yang tak kunjung selesai hingga saat ini. Apa tindakan Negara-negara di sekitarnya, misalnya : Mesir, Arab Saudi atau Jordan, yang mengklaim sebagai Negara Muslim? Adakah mereka membantu persoalan saudara sesama muslim ?
Atau Basyar Asaad yang membantai kaum muslimin di Syria ? Atau saudara-saudara seiman yang dibantai dan diusir dari negerinya di Rohingya-Burma, di Republik Afrika Tengah, di Ukraina, dan di negeri-negeri lainnya? Bukankah darah kaum muslimin wajib dijaga dan dilindungi oleh muslim lainnya? Tidakkah mereka ingat bagaimana cintanya Khalifah al-Mu’tashim kepada salah seorang rakyatnya yang hanya karena disingkapkan jilbabnya oleh seorang yahudi maka serta merta beliau mengirimkan pasukannya? Atau Khalifah Umar bin Khatab yang rela memanggul sendiri sekarung makanan untuk salah satu keluarga rakyat jelata yang sedang kelaparan?

Padahal pemimpin yang terbaik adalah dia yang mencintai dan dicintai rakyatnya
Rasulullah SAW bersabda :“Kiamat tidak akan terjadi hingga suku-suku dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan hingga mereka menyembah berhala. Di tengah umatku kelak akan ada 30 pendusta, masing-masing mengaku sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.” (HR.Abu Dawud dan Tirmidzi).

C. Khatimah
Jadi, kawan dan lawan tak selalu abadi, namun kehendak Islamlah yang abadi, dan faktor itulah yang harus kita jadikan sebagai landasan dalam memilih kawan. Semoga Allah memberikan kawan-kawan sejati kepada kita, kawan yang bisa menjalani suka-dukanya kehidupan dalam langkah menggapai ridho Allah SWT. Dan sesungguhnya umat Islam tidaklah lemah. Umat Islam menjadi lemah justru karena salah mengenali siapa lawan dan siapa kawan. Karenanya, kita semua wajib untuk menyatukan kembali kaum muslimin untuk memerangi lawan yang nyata yaitu kaum kafir penjajah beserta kaki tangannya.
Allah Swt berfirman, “Berpegang teguhlah kamu dengan tali Allah kesemuanya dan janganlah kamu berpecah-belah, serta ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu bermusuh-musuhan, maka dirukunkan-Nya di antara hatimu, lalu jadilah kamu berkah nikmat-Nya bersaudara…” (QS Ali Imran:103).

Kesimpulan
Manusia yang diciptakan Allah dimuka bumi ini sebagai khalifah yang harus bisa bertanggung jawab terhadap tugasnya, karena manusia sejak lahir sudah mempunyai potensi-potensi (fitrah), maka dari itu, manusia harus dapat mengaktualisasikan segala potensi yang dimilikinya dengan baik agar dapat dipertanggung jawabkan, karena manusia sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah dibumi. Hendaknya manusia berprilaku yang mencerminkan untuk kesadaran akan tugas hidupnya sebagai pengatur bumi. Untuk perbuatan yang baik kepada sesama manusia maupun terhadap makhluk yang lain. Usaha semaksimal mungkin untuk menghindari perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan bagi siapapun. Mewujudkan perdamaian dibumi dan menghindari pertikaian yang akan membawa kerusakan.

Rasulullah dan termasuk umatnya adalah sebagai rahmatan lil ‘alamin, yaitu untuk mendatangkan rahmat (kebaikan, manfaat, faedah, dan keuntungan) bagi alam semesta/mahluk. Bukan sebaliknya, yaitu perilaku kaum muslimin itu mendatangkan mudharat (keburukan, kerusakan, kejahatan, terror, kerugian, dan sebagainya) kepada para mahluk.

1 comment:

  1. Sangat bermanfaat infonya.
    Jika butuh terjemahan dokumen, Jasa Translator solusinya. www.jasatranslator.com
    (Cepat, murah, memuaskan, pengalaman sejak 2007)

    ReplyDelete