Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran Polutan

Jumlah dan jenis polutan yang dilepaskan ke udara merupakan beberapa faktor utama dalam menentukan tingkat pencemaran udara (British Columbia Air Quality, 2016). Selain faktor utama, hasil interaksi dari sejumlah faktor, seperti: topografi (pegunungan dan lembah) dan meteorlogi (cuaca dan arah angin, tekanan udara, suhu dan kelembaban) yang berkombinasi dengan polutan juga dapat mempengaruhi kualitas udara terhadap penyebaran polutan. Polutan udara menyebar di atmosfer dengan jumlah yang berbeda pada waktu yang berbeda-beda di berbagai tempat. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran polutan: 

1) Topografi 
Bentuk permukaan lahan dapat berupa lahan datar, lahan miring dan dataran tinggi atau dataran rendah. Kondisi bentukan lahan yang berkontur akan mempengaruhi iklim mikro yang berbeda-beda terhadap lokasi tersebut (Adityawarman, 2007). Industri dan transportasi adalah sebagian besar aktivitas masyarakat di daerah perkotaan yang berpotensi menghasilkan banyak polutan. Pada siang hari ketika kondisi udara tidak stabil, polutan akan tersebar baik secara horizontal maupun vertikal. Sedangkan pada malam hari, dimana kondisi udara stabil, polutan akan cenderung terkonsentrasi pada satu tempat khususnya di daerah pedesaan. Hal ini disebabkan daerah pedesaan cenderung memiliki suhu udara yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah perkotaan, sehingga tekanan udara pada daerah pedesaan akan semakin kecil dan memicu angin untuk berpindah menuju daerah pedesaan. Selain itu, dengan adanya gaya gravitasi yang menarik partikel polutan ke bawah, maka daerah pedesaan cenderung akan memiliki konsentrasi polutan yang lebih tinggi daripada daerah perkotaan. 

2) Cuaca dan Arah Angin 
Cuaca dan angin menjadi penyebab penyebaran polutan tersebar di udara. Jika angin berhembus dari kawasan industri menuju daerah perkotaan maka tingkat pencemaran udara cenderung lebih tinggi di daerah perkotaan (Air Pollution, tanpa tahun). Saat cuaca cerah, polutan dari kendaraan dapat bereaksi dengan adanya sinar matahari untuk membentuk ozon. Polutan yang menyebabkan terbentuknya ozon biasanya dihasilkan dari kendaraan di daerah perkotaan. Pada cuaca mendung terjadinya hujan dapat mengurangi konsentrasi polutan. Partikel air di udara dapat menyerap polutan tertentu, misalnya debu dan kemudian membawanya jatuh ke bumi.

3) Tekanan Udara
Tekanan udara tertentu dapat mempercepat atau bahkan menghambat terjadinya suatu reaksi kimia antara pencemar dengan zat pencemar diudara atau zat-zat yang ada di udara (polutan), sehingga polutan dapat bertambah ataupun dapat berkurang (Junaidi, 2002).

4) Suhu
Daerah perkotaan merupakan daerah yang rentan terhadap perubahan suhu (Junaidi, 2002). Kualitas udara di daerah perkotaan identik dengan suhu udara yang lebih panas. Suhu udara dapat mempengaruhi konsentrasi polutan.Suhu udara yang tinggi menyebabkan udara semakin merenggang sehingga konsentrasi polutan semakin rendah. Sebaliknya pada suhu yang dingin keadaan udara semakin padat sehingga konsentrasi polutan di udara semakin tinggi.

5) Kelembaban
Kelembaban udara dapat mempengaruhi konsentrasi polutan untuk menyatakan banyaknya uap air di udara (Prabu, 2009). Pada kelembaban yang tinggi kadar uap air dapat bereaksi dengan polutan. Kondisi udara yang lembab akan membantu proses pengendapan polutan, sebab dengan keadaan udara yang lembab maka beberapa polutan yang berbentuk partikel seperti debu akan berikatan dengan air yang ada dalam udara dan membentuk partikel yang berukuran lebih besar sehingga mudah mengendap ke permukaan bumi akibat adanya gaya tarik bumi.

No comments:

Post a Comment