(1) AJI SIAL
Pada jaman dahulu ada sepasang suami istri yang sangat kaya raya, suaminya bernama Akek Aji Menyoti dan istrinya Inek Singa Mentawai. Mereka memiliki banyak binatang peliharaan, babi, ayam, anjing, dan sebagainya. Tetapi suami istri ini terlalu pelit, binatang peliharaannya tidak pernah diberi makan. Bahkan, ketika ayam mematok satu butir beras, mereka memotong ayam dan mengambil beras itu dari dalam leher ayam. Akhirnya, para binatang sepakat untuk kabur dari kandang milik suami-istri itu. Ayam jadi sempidan (ayam hutan), jane (babi rumah) jadi cis (babi hutan), kambing jadi kijang, anjing jadi musang, dan sapi jadi rusa. Selain itu, beras yang berkarung-karung berubah menjadi pasir.
Setelah sekian lama, semua binatang kabur ke hutan
itu tidak pernah kembali. Sementara beras yang dimiliki suami istri itu semakin
menipis karena hanya tersisa yang ada di jurung
atau lumbung dan itupun jumlahnya tidak banyak karena sebagian besar
berasnya sudah berubah menjadi pasir. Setiap hari mereka mengambil beberapa
canting beras untuk dimakan. Sampai akhirnya suami istri itu menyadari bahwa
kehidupan mereka terancam dan harta yang dimilikinya sudah tidak ada sama
sekali.
Pada suatu hari, Aji Menyoti berkata kepada
istrinya, “kenapa hidup kita sekarang jadi seperti ini, padahal sebelumnya
hidup kita enak, kaya raya”. Istrinya juga sepaham dengan suaminya. Tetapi ia
juga tidak mengetahui bagaimana caranya keluar dari kemiskinan itu. Kemudian
Aji Menyoti berkata lagi “baik, jika terus begini saya akan mencari tuhan”.
istrinya yang tidak mengetahui maksud suaminya mengijinkan suaminya itu pergi.
Aji Menyoti pun berjalan mencari tuhan dengan berbekal 7 buah ketupat buatan
istrinya.
Sekian lama Aji Menyoti berjalan di
dalam hutan, ia berjumpa dengan pelanduk atau
kancil dan bertanya “mau kemana Menyoti?”. Aji Menyoti menjawab “saya akan
pergi ke ujung untuk mengejar tuhan”. Mendengar jawaban Menyoti, Kancil pun
kaget. Lalu ia bertanya lagi, “kenapa kau ingin mengejar Tuhan?”. Aji Menyoti
menceritakan bahwa ia ingin bertanya kepada tuhan, kenapa sekarang hidupnya
berubah. Tempo hari hidupnya kaya raya (jembar)
dan sekarang jadi sangat miskin. Kancil hanya diam mendengar cerita Menyoti
dan membiarkan Menyoti melanjutkan perjalanannya.
Menyoti terus berjalan di dalam
hutan. Ia berjumpa dengan babi yang menyapanya dan bertanya kemana ia akan
pergi. Seperti sebelumnya, Menyoti menjawab bahwa ia akan pergi mengejar tuhan.
Mendengar jawaban dari Menyoti, babi pun bertanya “kenapa kau ingin mengejar
tuhan?”. Seperti sebelumnya, Menyoti mengatakan bahwa sebelumnya hidupnya
sangat kaya. Ia memiliki babi, ayam, kambing, sapi, anjing, dan beras yang
sangat banyak tetapi sekarang semuanya sudah habis. Ia ingin bertanya kepada
Tuhan kenapa sekarang hidupnya berubah.
Setelah berjumpa dengan babi,
Menyoti terus berjalan ke dalam hutan. Kali ini ia berjumpa dengan sempidan
(ayam hutan) di depan dua bambu yang melintang. Sempidan itu menyapa Menyoti,
“mau kemana kau?”. Menyoti pun menjawab “saya numpang lewat, karena akan
mencari tuhan”. Sempidan mengijinkan dan bambu yang melintang pun dapat
disingkirkan. Menyoti terus berjalan dan berjumpa dengan pasir yang berhambur.
“permisi, saya mau lewat untuk mencari tuhan”, kata Menyoti ke pasir yang
berhambur itu. Pasir pun berhenti berhambur dan Menyoti melanjutkan
perjalanannya lagi.
Menyoti masih terus berjalan ke
dalam hutan dan berjumpa dengan seseorang. Orang itu bertanya kepada Aji
Menyoti, “mau kemana kau?”, tanyanya. “saya ingin mengejar tuhan”, kata
menyoti. Orang itu menjawab lagi “eh, tuhan itu ada di ujung sana” orang itu
memberi tahu Menyoti dimana tempat Tuhan. Menyoti pun terus berjalan ke ujung
masih untuk mengejar tuhan. Setelah berjalan lama, Menyoti berjumpa lagi dengan
orang itu dan orng itu bertanya lagi kemana Menyoti akan pergi. Orang itu juga
mengatakan bahwa tuhan ada di ujung sana. Menyoti terus berjalan, dan kembali
berjumpa dengan orang itu. Tetapi pada pertemuan yang ketiga ini, orang itu
mengatakan bahwa tuhan itu tidak ada. Ia pun mengajak Menyoti ikut ke rumahnya.
Menyoti pun ikut. Ketika hari sudah mulai malam, orang itu menyuruh Menyoti
beristirahat di rumahnya.
Orang itu bertanya kepada Menyoti,
“kenapa kau ingin mengejar tuhan”. Menyoti menceritakan bahwa ia mengejar tuhan
untuk bertanya tentang apa yang terjadi pada hartanya. Dulu dia sangat kaya,
padinya tujuh gunung di darat dan tujuh gunung di laut. Ayam, babi, dan
binatang lainnya banyak. Sekarang semuanya hilang dan habis. Orang itu
mengatakan “kau itu terlalu pelit, beras kau jatuh ke tanah dan dipatok ayam,
ayam itu kau potong untuk mengambil ayam karena terlalu takut rugi”. Menyoti
hanya diam mendengar perkataan orang itu yang juga mengatakan bahwa hewan
peliharaan itu harus diberi makan, karena mereka sama dengan manusia juga.
Orang
itu menyuruh Menyoti kembali ke rumah dan mengadakan pesta tutup tahun setelah
berladang (bergawai nyapat taun)
untuk mengundang semangat padi. “Potong ayam, potong babi, mengundang orang dan
melambai semangat padi, kau ini Aji sial”. Menyoti pun mendengarkan dengan
seksama perintah orang itu. Pagi harinya ia pamit pulang.
Menyoti lalu pulang ke rumah. Ia
mulai nebas, nebang, bakar dan nugal untuk berladang. Setelah panen,
Menyoti mengadakan gawai tutup tahun (nyapat
soa). Ia membuat tuak sangat banyak dan mengundang orang kiri kanan. Ia pun
mengundang semangat padi dengan potong babi, mengundang empat orang untuk
mengumpan (memberi makan) alat kerja dengan engkata, dan mengantarkan umpan itu
ke ujung jalan. Selesai ia bergawai, padi pun berbuah lebat dan hasil panennya
melimpah. Babi, ayam, kambing, sapi, dan anjing yang kabur pun kembali datang.
Kehidupan Menyoti pun kembali seperti semula. (Dio Parman, 05 Juli 2011)
***cerita
ini diceritakan jika ada suatu keluarga yang terus-menerus tertimpa musibah,
biasanya jika ada kematian anggota keluarga secara berturut-turut (disebut engkata Aji Sial)
No comments:
Post a Comment