Cerpen ASAL – USUL BURUNG RUWAI

(1)   ASAL – USUL BURUNG RUWAI
            Pada jaman dahulu buma (ladang) padi harus diobat dengan menggunakan pohon lempaung dan sekam. Suatu hari, ada seorang ibu yang memiliki dua orang anak. Ibu itu pesan kepada anaknya yang tua “bang, nanti mamak akan pergi, lempaungnya kau tumbuk dan kuku adik kau kikis”. Kakaknya menyanggupi dan mengatakan “iya mak, pergilah nanti lempaungnya aku tumbuk dan kuku adik aku kikis”. Pergilah ibu itu meninggalkan dua anaknya. Sebelum pergi, ibu itu mengatakan kepada anaknya yang bungsu “su, nanti kukumu akan dikikis oleh abang, mamak mau pergi dulu”.
Ketika ibunya sudah pergi, maka sang kakak memanggil adiknya. “dik, sini. Tadi mamak menyuruh abang memotong tanganmu”. Kata kakak kepada adiknya. Si adik terkejut dan ia tidak mau karena ia mendengar ibunya mengatakan bahwa kakaknya hanya akan mengikis kukunya. Tetapi kakaknya memaksa dan berkata jika ibunya menyuruh ia memotong jari tangan adiknya. Si adik pasrah ketika kakaknya mulai memotong jarinya. Ia berlagu
Kikis kuku, kata mamak
Tukung tunjuk, kata kakak
Kumbau..
Setelah jarinya terpotong, maka dari jarinya tumbuh bulu yang semakin memanjang. Kepalanya berubah semakin mengecil, dan bentuk badannya berubah menjadi seperti burung. Maka si adik yang jarinya terpotong berubah menjadi burung ruwai. (Dio Sarman, 20 Mei 2011).
***burung Ruwai adalah burung yang memiliki bulu sangat bagus. Bulu burung inlah yang dipakai hiasan kepala pada baju adat Dayak. Keistimewaan burung ini, ia memiliki balai yang berupa tanah lapang bersih dari rumput dan batang kayu. Di sana ia akan membuang kotoran dan menunggu semut datang untuk dimakannya. Jika ada rumput atau batang kayu, ia akan mencabutnya dengan melilitkan lehernya ke batang itu dan mencabutnya. Orang-orang mengetahui cara ini, dan mereka menancpkan bambu yang sudah ditajamkan pada sisi kanan kirinya, dan menancapkannya dalam-dalam di tanah balai ruwai itu. Ketika ruwai melilitkan lehernya untuk mencabut bambu itu, ia akan mati tersembelih. Sekarang burung ini sudah punah.

No comments:

Post a Comment