TRANSFUSI
- Dulu diyakini bahwa kadar Hb harus lebih tinggi dari 9
sampai 10 ml/dl agar tersedia cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan organ
vital (otak,jantung) dalam mencukupi stres. Sekarang sudah dibuktikan, bahwa Hb
3 sampai 6 g/dl masih dapat mencukupi kebutuhan oksigen jaringan. Dari
percobaan diketahui bahwa Hb 2-3 g/dl atau 6-8% masih mampu menunjang kehidupan
(Singler,1980;Johnson,1991). Batas “anemia aman” bagi pasien yang memiliki
jantung normal adalah hematokrit 20%. Pasien yang menderita penyakit jantung
koroner memerlukan batas 30%
- Penggantian volume yang hilang harus didahului karena
penurunan 30% saja sudah dapat menyebabkan kematian. Sebaliknya batas toleransi
kehilangan Hb lebih besar. Kehilangan Hb sampai 50% masih dapat diatasi. Bagi
pasien tanpa penyakit jantung, Hb 8-10 gm/dl masih dapat memberikan cukup
oksigen untuk jaringan dengan baik (asal volume sirkulasi normal). Karena itu,
tidak semua perdarahan harus diganti transfuse. Terapi diprioritaskan untuk
mengembalikan volume sirkulasi dengan cairan Ringer Laktat atau NaCl 0,9% atau
Plasma Substitute/koloid (Expafusin, Dextran, Hemaccel, Gelafundin) selama Hb
masih 8-10 gm/dl. Cara terapi dengan cairan ini disebut hemodilusi. Perdarahan
sampai volume darah masih dapat diganti saja tanpa transfusi.
- Pada kehilangan 30-50% volume darah, maka setelah
pemberian cairan, jika Hb < 8-10 gm/dl atau hematrokit < 20-25% maka
transfusi diberikan.
- Sasaran
transfusi adalah mengembalikan kadar Hb sampai 8-10 gm/dl saja. Tidak perlu
sampai Hb “normal” 15 gm/dl lagi.
- Dari perhitungan kadar Hb, darah satu kantong hanya
menaikkan Hb 0,5 gm/dl. Peningkatan sebesar ini juga dapat dicapai dengan
pemberian gizi yang baik dan terapi Fe++. Manfaat kenaikan Hb 0,5 gm/dl tidak
sebanding dengan resiko penularan penyakit.
- Teknik hemodilusi tidak dapat digunakan pada pasien
trauma dan trauma thorax karena dapat menyebabkan edema otak/paru.
TUJUAN TRANSFUSI
- Meningkatkan
kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
- Memperbaiki
volume darah tubuh
- Memperbaiki
kekebalan
- Memperbaiki
masalah pembekuan
INDIKASI
- Anemia
pada perdarahan akut setelah didahului penggantian volume dengan cairan.
- Anemia
kronis jika Hb tidak dapat ditingkatkan dengan cara lain.
- Gangguan
pembekuan darah karena defisiensi komponen.
- Plasma
loss atau hipoalbuminemia jika tidak dapat lagi diberikan plasma
substitute atau larutan albumin
Jenis Darah Yang
Ditransfusikan
1. Whole
Blood (Darah Simpan/Wb)
- 450
ml darah + 63 ml CPD (citrat phosphate dextrose anticoagulan)
- Simpan
4oC
- Lama
simpan < 28 hari
- Antikoagulan
lain : Acid Citrate Dextrose (simpan 4oC bisa selama 21 hari)
- Rendah
platelet, F V&VIII, kecuali bila disimpan < 6 jam
- untuk
mengganti volume darah pasien shock hipovolemik perdarahan
2. Fresh Whole Blood (darah segar)
·
12 jam penyimpanan
·
indikasi : pasien dengan Hb& platelet rendah,
trombositopenia, transfusi masif dengan darah simpan
3. Packed Red Cell
·
Hasil sentrifugasi WB (plasma dikurangi 200 ml)
·
Volume 300 ml (masa hidup 21 hari jika disimpan
dalam 4oC)
·
1 unit = meningkatkan Hb 1-1,5 gr%
·
indikasi : anemia kronis dengan normovolemi
sirkulasi supaya tidak overload : pasien gagal jantung, pasien sangat tua, sepsis
kronis. Anemia perdarahan akut yang sudah mendapat penggantian cairan
·
dapat dicampur NS è untuk pasien shock)
4. Stable Plasma Protein Solution (SPPS)
·
Resiko hepatitis sangat kecil
·
Pemanasan tinggi
·
Faktor pembekuan kurang, F V, VIII
·
Infus cepat SPPS untuk pasien hipotensi
·
Sangat mahal, dipakai jika tidak sempat cross
match
5. Fresh Frozen Plasma (FFP)
·
Dari WB < 6 jam simpan. penyimpanan -20oC (3
bulan). Penyimpanan -30oC 1 tahun
·
diinfuskan setelah mencair
·
Indikasi: Mengganti faktor koagulasi, mengganti
volume plasma
·
Diberikan 10 cc/kg satu jam pertama, dilanjutkan
1 cc/kg Bb per jam sampai PPT dan APTT mencapai nilai £ 1,5 x nilai kontrol yang
normal.
·
Terapi plasma tidak tepat untuk memperbaiki
pasien hipoalbuminemia karena tidak akan meningkatkan kadar albumin secara
nyata
6. Thrombocyte Concentrate = TC
- berasal
dari 250 cc darah utuh
- meningkatkan
trombosit 5000/mm3.
- Disimpan
pada 22oC à bertahan 24 jam. Pada
suhu 4o-10oC à
bertahan 6 jam.
- Diberikan
pada DHF, hemodilusi dengan cairan jumlah besar dan transfusi masif >
1,5 x volume darah pasien sendiri, yaitu bila dijumpai trombositopenia
(50.000-80.000/mm3).
- Penambahan
trombosit tidak dapat dilakukan dengan darah utuh segar sebab trombosit
yang terkandung hanya sedikit.
- Trombosit
diberikan cukup sampai perdarahan berhenti atau masa perdarahan (bleeding
time) mendekati 2x nilai normal, bukan sampai jumlah trombosit normal.
7. Larutan Albumin
·
Terdiri dari 5% dan 25% human albumin
·
Resiko hepatitis <
·
Faktor pembekuan (-)
·
Tujuan : meningkatkan albumin serum pada : Penyakit
hepar, Ekspansi volume darah
8. Cryoprecipitate
·
Sentrifugasi plasma beku
·
Konsentrasi tinggi F VIII
·
Untuk terapi : haemofilia & defisiensi lain
·
Resiko hepatitis
TRANSFUSI AUTOLOGOUS
darah pasien sendiri diambil pada masa pra-bedah, disimpan
untuk digunakan pada waktu pembedahan yang terencana (efektif). Dengan demikian
dapat dipastikan bahwa tidak ada resiko penularan penyakit sama sekali.
KOMPLIKASI
TRANSFUSI DARAH
I. Reaksi imunologi
- Reaksi
Transfusi Hemolitik
q
Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien.
q
Tanda : menggigil, panas, kemerahan pada muka,
bendungan vena leher , nyeri kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan
dangkal, takhikardi, hipotensi, hemoglobinuri, oliguri, perdarahan yang tidak
bisa diterangkan asalnya, dan ikterus. Urine coklat kehitaman sampai hitam dan
mungkin berisi hemoglobin dan butir darah merah
q
Terapi : pemberian cairan intravena dan
diuretika. Cairan digunakan untuk mempertahankan jumlah urine yang keluar
q
Diuretika yang digunakan ialah :
a. Manitol 25 %, 25 gr diberikan iv à pemberian 40 mEq
Natrium bikarbonat.
b. Furosemid
q
Bila terjadi anuria yang menetap perlu tindakan
dialisis
B. Reaksi transfusi non hemolitik
1. Reaksi transfusi “febrile”
à Tanda: Menggigil,
panas, nyeri kepala, nyeri otot, mual, batuk nonproduktif.
2. Reaksi alergi
a. “Anaphylactoid”
bila terdapat protein asing pada darah
transfusi.
b. Urtikaria,
paling sering terjadi dan penderita merasa gatal-gatal. Biasanya muka penderita
sembab.
Terapi yang
perlu diberikan ialah antihistamin, dan transfusi harus dihentikan.
II. Reaksi non imunologi
- Reaksi transfusi “Pseudohemolytic”
- Reaksi
yang disebabkan oleh volume yang berlebihan.
- Reaksi
karena darah transfusi terkontaminasi
- Virus hepatitis.
- Lain-lain penyakit yang terlibat pada terapi
transfusi misalnya malaria, sifilis, virus CMG dan virus Epstein-Barr,
parasit serta bakteri.
- AIDS.
III. Komplikasi yang berhubungan
dengan transfusi darah masif.
- “dilutional coagulopathy”
- disseminated intravascular coagulation (dic)
- intoksikasi
sitrat (komplikasi yang jarang terjadi)
- keadaan asam basa
- hiperkalemi
- hipotermi
- Post
transfusion hepatitis (PTH)
Cara menghindari reaksi transfusi :
a. Tes darah, untuk melihat cocok
tidaknya darah donor dan resipien.
b. Memilih tips dan saringan yang
tepat.
c. Pada transfusi darurat :
Dalam
situasi darurat tidak perlu dilakukan pemeriksaan secara lengkap, dan jalan
singkat untuk melakukan tes sebagai berikut :
1. Type-Specific, Partially Crossmatched
Blood
Bila
menggunakan darah “un-crossmatched”, maka paling sedikit harus diperoleh tipe
ABO-Rh dan sebagian “crossmatched”.
2. Tipe-Specific, Uncrossmatched Blood.
Untuk
tipe darah yang tepat maka tipe ABO-Rh harus sudah ditentukan selama penderita
dalam perjalanan ke rumah sakit.
3. O Rh-Negatif (Universal donor)
Uncrossmatched Blood
Golongan
darah O kekurangan antigen A dan B, akibatnya tidak dapat dihemolisis baik oleh
anti A ataupun anti B yang ada pada resipien. Oleh sebab itu golongan darah O
kita sebut sebagai donor universal dan dapat digunakan pada situasi yang gawat
bila tidak memungkinkan untuk melakukan penggolongan darah atau “crossmatched”.
No comments:
Post a Comment